Tapi tahukah kita sifat apa yang ada dalam diri kita
tersebut? Ya, sedikit mempunyai sifat kesombongan dan tinggi hati. Tidak akan
menjadi suatu permasalahan jika kita tidak mengaku diri kita mukmin, umat islam
sejati. Namun, ketika kita merasa bahwa diri kita mukmin, maka hal tersebut
akan menjadi suatu permasalahan.
Bukankah Allah telah berfirman dalam surat Al-Luqman
ayat 18, yang berbunyi :
“Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS.
Al-Luqman:18)
Jelas sudah dalam Al-Qur’an, bahwasanya seorang
manusia, terlebih jika ia berstatus mukmin sangat ditegaskan untuk tidak
membiasakan sifat angkuh ataupun sombong karena kita tahu bahwa sifat tersebut
hanya dimiliki oleh seteru abadi manusia, syaitan. Sifat sombong pada dasarnya
hanyalah boleh dimiliki Allah, yang mempunyai segala apa yang ada di langit dan
bumi ini.
Sifat sombong ataupun membanggakan diri ialah sifat
yang tidak Allah sukai sehingga akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam mereka
yang angkuh dalam kesombongan dan kebanggaan dirinya. Lihat saja Fir’awn yang
begitu mendewakan dirinya dengan menganggap dirinya sebagai tuhan tidak akan
dikekalkan oleh Allah azza wajalla. Fir’awn akan menjadi punggawa-punggawa
setia yang menjadi penghuni neraka. Naudzubillah
Kenapa kita sebagai manusia tidak diperbolehkan
memiliki sifat angkuh dan sombong tersebut? Tentu sangat banyak alasannya. Salah
satunya Allah telah memperlihatkan dalam firmannya yang mengatakan bahwa : “dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini
dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi
dan sekali-kali tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al Israa’:37)
Sudah sangat jelas pada ayat di atas, bahwasanya
bumi yang kita injak sehari-hari ini ternyata tak satu orang pun dalam sejarah
manusi di bumi ini yang dapat menembusnya. Gunung yang begitu tinggi dan
perkasanya justru hanya bisa menahan bumi ini agar tidak bergerak, ia menjadi
paku bumi dan begitulah salah satu bentuk pertundukannya di hadapan Allah swt. Walaupun
ia sebagai gunung yang menjulang tinggi ke langit, itu tidak semata-mata
membuatnya sombong dengan ketinggiannya.
Setinggi-tingginya gunung akan tidak berarti apa-apa
dibanding besi. Gunung bisa diratakan menjadi tanah biasa dengan besi yang
sudah menjadi peralatan modern (buldoser dll). Namun, besi sendiri bukanlah
yang paling kuat di antara gunung-gunung. Besi akan tidak berarti apa-apa jika
dimasukkan dalam bara api yang begitu panasnya. Ia akan meleleh menjadi cairan
panas juga. Di balik panasnya bara api akan tidak mampu berbuat apa-apa jika
diredam oleh air. Air mampu menjinakkan ganasnya api yang membara. Sedangkan air
sendiri akan bisa berterbangan menjadi uap ketika angin membawanya melayang
tinggi ke langit.
Yah, pada intinya sosok mahluk yang begitu terlihat
kuat akan ketinggian hatinya akan tidak mampu berbuat banyak terhadap mahluk
Allah yang mempunyai sifat rendah diri. Tidak ada kata “Aku Hebat” untuk
menanjung diri sendiri. Padahal sanjungan diri sendiri akan senantiasa
menjatuhkan diri sendiri dan membuat malu.
Sebaik-baik manusia ialah mereka yang mempunyai
kepribadian yang merendahkan diri atas apa yang menjadi keunggulannya. Ia akan
senantiasa semakin merunduk ketika ilmu ataupun pengetahuannya semakin
bertambah. Ia senantiasa memiliki sifat tawaddu’ dan selalu bersyukur atas apa
yang ia miliki.
Semoga, bisa membuat dan membuat kita untuk tidak
lupa akan sosok diri yang begitu mempunyai kekurangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar