Senin, 02 Juli 2012

“Aku” bukanlah yang terHEBAT

Sering kita beranggapan bahwa aku adalah orang yang hebat. Kenapa kita beranggapan seperti itu? Ya, karena kita merasa orang lain jauh berada di bawah kita, merasa lebih baik daripada kita. Misalnya dalam hal tertentu, merasa otaknya lebih pintar, lebih pandai, lebih cantik, lebih cakep, lebih ini dan itu. Semuanya akan dirasa bahwa derajat dirinya lebih baik dibanding yang lain.
Tapi tahukah kita sifat apa yang ada dalam diri kita tersebut? Ya, sedikit mempunyai sifat kesombongan dan tinggi hati. Tidak akan menjadi suatu permasalahan jika kita tidak mengaku diri kita mukmin, umat islam sejati. Namun, ketika kita merasa bahwa diri kita mukmin, maka hal tersebut akan menjadi suatu permasalahan.

Bukankah Allah telah berfirman dalam surat Al-Luqman ayat 18, yang berbunyi :
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Al-Luqman:18)

Jelas sudah dalam Al-Qur’an, bahwasanya seorang manusia, terlebih jika ia berstatus mukmin sangat ditegaskan untuk tidak membiasakan sifat angkuh ataupun sombong karena kita tahu bahwa sifat tersebut hanya dimiliki oleh seteru abadi manusia, syaitan. Sifat sombong pada dasarnya hanyalah boleh dimiliki Allah, yang mempunyai segala apa yang ada di langit dan bumi ini.

Sifat sombong ataupun membanggakan diri ialah sifat yang tidak Allah sukai sehingga akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam mereka yang angkuh dalam kesombongan dan kebanggaan dirinya. Lihat saja Fir’awn yang begitu mendewakan dirinya dengan menganggap dirinya sebagai tuhan tidak akan dikekalkan oleh Allah azza wajalla. Fir’awn akan menjadi punggawa-punggawa setia yang menjadi penghuni neraka. Naudzubillah

Kenapa kita sebagai manusia tidak diperbolehkan memiliki sifat angkuh dan sombong tersebut? Tentu sangat banyak alasannya. Salah satunya Allah telah memperlihatkan dalam firmannya yang mengatakan bahwa : “dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al Israa’:37)

Sudah sangat jelas pada ayat di atas, bahwasanya bumi yang kita injak sehari-hari ini ternyata tak satu orang pun dalam sejarah manusi di bumi ini yang dapat menembusnya. Gunung yang begitu tinggi dan perkasanya justru hanya bisa menahan bumi ini agar tidak bergerak, ia menjadi paku bumi dan begitulah salah satu bentuk pertundukannya di hadapan Allah swt. Walaupun ia sebagai gunung yang menjulang tinggi ke langit, itu tidak semata-mata membuatnya sombong dengan ketinggiannya.

Setinggi-tingginya gunung akan tidak berarti apa-apa dibanding besi. Gunung bisa diratakan menjadi tanah biasa dengan besi yang sudah menjadi peralatan modern (buldoser dll). Namun, besi sendiri bukanlah yang paling kuat di antara gunung-gunung. Besi akan tidak berarti apa-apa jika dimasukkan dalam bara api yang begitu panasnya. Ia akan meleleh menjadi cairan panas juga. Di balik panasnya bara api akan tidak mampu berbuat apa-apa jika diredam oleh air. Air mampu menjinakkan ganasnya api yang membara. Sedangkan air sendiri akan bisa berterbangan menjadi uap ketika angin membawanya melayang tinggi ke langit.

Yah, pada intinya sosok mahluk yang begitu terlihat kuat akan ketinggian hatinya akan tidak mampu berbuat banyak terhadap mahluk Allah yang mempunyai sifat rendah diri. Tidak ada kata “Aku Hebat” untuk menanjung diri sendiri. Padahal sanjungan diri sendiri akan senantiasa menjatuhkan diri sendiri dan membuat malu.

Sebaik-baik manusia ialah mereka yang mempunyai kepribadian yang merendahkan diri atas apa yang menjadi keunggulannya. Ia akan senantiasa semakin merunduk ketika ilmu ataupun pengetahuannya semakin bertambah. Ia senantiasa memiliki sifat tawaddu’ dan selalu bersyukur atas apa yang ia miliki.
Semoga, bisa membuat dan membuat kita untuk tidak lupa akan sosok diri yang begitu mempunyai kekurangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar