Kamis, 07 April 2011

“Marketing Dakwah”

By : Mas Reza – dirut soto Abbas – Mantan Ketum UKKI Ubaya (08563145562)
Sabtu, 15 Januari 2011 @ Teater C ITS Surabaya




Dakwah fardiah, yaitu dakwah yang dilakukan dengan teori man to man, maksudnya adalah dakwah tersebut dilakukan dengan pendekatan personalia. Sehingga hasil yang dihasilkan lebih terlihat secara pribadi kita yang menjadi da’i kampus.
Melihat kondisi yang ada sekarang, orang awam cenderung memiliki pemikiran yang salah kaprah tentang dakwah ini, hal tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor :
- Informasi kurang tersampaikan dengan jelas kepada objek dakwah.
- Tabi’at (karakter) dari seorang da’i yang tidak meyakinkan.
- Gaya komunikasi yang belum terlalu memahami strategi dakwah.
Seharusnya, seorang da’i memberikan pemikiran dan ketenangan pada objek yang dihadapi sehingga objek dakwah tidak merasa ditakuti dengan seruan yang dilakukan da’i. Apalagi pada objek dakwah yang ada di lingkungan kampus, kebanyakan dakwah yang dilakukan pada mahasiswa yang mempunyai tsaqofah (bekal/pengetahuan) agama yang masih kurang cenderung lebih takut dengan dakwah. Mereka mengira dakwah cenderung ke arah jihad yang mengebom dan tindakan anarkis lainnya.

Adapun type kelompok basis objek dakwah adalah sbb:
- Oportunitas pragmatis
- Hanif
- Ideologi kiri
- Ideologi kanan
- Rasionalis islam
- Emosional islam
- Antipati

Dalam dakwah kampus, seorang da’i dituntut mempunyai ide-ide kreatif dalam berdakwah, memperkenalkan diri dengan baik pada objek dakwah.
Dalam diri da’i juga perlu ditanamkan akhlaq yang baik sebagai suatu buah dari dakwah itu sendiri, seperti dianalogikan bahwa seorang da’i tersebut adalah sebatang pohon.
- Akarnya merupakan penguat utama yang tertancap ke dalam bumi menggambarkan penguatan terhadap aqidah islam.
- Batang merupakan pengokoh dari pohon tersebut yang menggambarkan ibadah utama yang dilakukan kepada Allah SWT.
- Buah merupakan hal yang dihasilkan oleh pohon tersebut yang menggambarkan akhlak yang ditunjukkan adalah akhlak yang baik dan mulia dan ini yang utama bagi seorang da’i.
Seperti pada kisah seorang sahabat yang bernama Hasan Al Basyir yang ceritanya pernah tinggal satu atap dengan seorang non-muslim. Dia tinggal berbeda lantai selama 30 tahun dan selama ini pula dia mendapatkan perlakuan yang tidak sewajarnya. Setiap hari rumahnya Hasan Al Basyir dijatuhi tetesan air dari kamar mandi si NM tersebut. Pada tahun ke 30, karena merasa sudah tidak bisa dibiarkan lagi sahabat tersebut memberanikan diri untuk memohon izin memperbaiki kamar mandi si NM tersebut.
Subhanallah, dengan melihat apa yang telah dilakukan Hasan Al Basyir tersebut, si NM kemudian inilah islam yang sebenarnya, kemudian memutuskan untuk masuk islam.
Kisah kedua datang dari nabi Muhammad SAW yang selalu diludahi oleh seorang kakek tua Yahudi setiap mendengar namanya. Setiap kali ia mendengar nama Muhammad SAW maka ia akan mencaci dan meludah.

Namun, apa yang diperbuat nabi Muhammad? Ia tidak menghiraukan perkataan kakek tersebut, sebaliknya ia selalu menyuapi sang kakek Yahudi tersebut setiap kali ia makan. Dan pada akhirnya, ketika nabi Muhammad SAW wafat, si istri Aisyah berkata pada Abu Bakar, “ada satu hal yang tidak pernah Muhammad tinggalkan ketika hidup, menyuapi kakek yahudi yang selalu mencercanya.” Kemudian Abu Bakar berinisiatif untuk menyuapi si kakek tersebut. Ketika menyuapi si kakek, kakek langsung meludah dan mengatakan kamu bukan orang yang selalu menyuapi aku, orang yang menyuapi aku tidak seperti ini, dia selalu mengunyahnya dulu kemudian memberikannya kepadaku. Abu Bakar pun memberitahukan bahwa orang yang selalu menyupimu kini sudah wafat, si kakek pun kaget. Dan tahukah kamu siapa orang itu? Dialah Muahammad SAW yang selalu kau cerca dan ludahi setiap kali kau mendengar namanya. Dengan merasa penuh bersalah, sang kakek Yahudi yang buta tersebut meminta maaf dan menjadi mu’allaf.
Jadi, inti dari kedua cerita di atas adalah sama seperti pada materi pertama tentang Bermujahadah dalam Dakwah, yaitu dibutuhkan suatu kesabaran dalam dakwah ini.

Ada empat hal yang harus diperhatikan oleh seorang da’i, terutama mereka yang objek dakwahnya adalah kampus, yaitu :
- Usia muda untuk?
- Organ tubuh ini untuk?
- Ilmu ini untuk?
- Di mana ilmu itu didapat dan untuk apa?
Batasaan dakwah itu sendiri tidak memiliki batasan, batasannya adalah ketika umur hidup ini telah dibatasi.
Akhlaq itu sifatnya universal, tidak ada jaminan bahwa akhlaq orang muslim lebih  baik dibanding seorang yang non muslim. Seperti kisah seorang ulama yang menceritakan dirinya ketika berkunjung ke suatu negeri, padahal negeri tersebut tidak merupakan negeri yang tidak didomisili oleh orang-orang muslim. Namun, ia melihat ada hal lain yang istimewa di negeri tersebut, ia melihat adanya islam. Tetapi sebaliknya ketika ia berkunjung ke suatu negeri yang cenderung dihuni oleh orang-orang muslim, ia tidak melihat adanya islam. Ya, itulah akhlaq.

Dalam dakwah kampus, seharusnya da’i tersebut membawa diri secara santai dan enjoy saja tetapi tidak meninggalkan dan melupakan hal utama bagi seorang da’i, yaitu akhlaq.
Di bawah ini adalah kelompok objek dakwah yang harus didakwahi :
- Objek dakwah yang hanif
- Orang yang malu bermaksiat
- Orang yang tidak malu-malu bermaksiat
Caranya adalah :
- Temukan kunci hatinya
- Temukan spesialisasinya
- Sentuh pemimpinnya (komunal-heterogen)

Satu hal yang harus diperhatikan dan diingat oleh seorang da’i :
Jangan pernah menganggap seorang da’i tidak pernah melakukan suatu kemaksiatan, itu salah. Setiap detik, menit, ketika seorang akitvis tidak mempunyai amanah maka menganggurnya adalah kemaksiatan karena cenderung mempunyai potensi untuk berbuat maksiat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar