Suatu saat, adzan Maghrib tiba.
Kami bersegera shalat di sebuah mesjid yang dikenal dengan tempat mangkalnya
aktivis Islam yang mempunyai kesungguhan dalam beribadah. Di sana tampak
beberapa pemuda yang berpakaian “khas Islam” sedang menantikan waktu shalat.
Kemudian, adzan berkumandang dan qamat pun segera diperdengarkan sesudah shalat
sunat. Hal yang menarik adalah begitu sungguh-sungguhnya keinginan imam muda
untuk merapikan shaf. Tanda hitam di dahinya, bekas tanda sujud, membuat kami
segan. Namun, tatkala upaya merapikan shaf dikatakan dengan kata-kata yang agak
ketus tanpa senyuman, “Shaf, shaf, rapikan shafnya!”, suasana shalat tiba-tiba
menjadi tegang karena suara lantang dan keras itu. Karuan saja, pada waktu
shalat menjadi sulit khusyu, betapa pun bacan sang imam begitu bagus karena
terbayang teguran yang keras tadi.