Kamis, 07 April 2011

Urban Sprawl di Surabaya

Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan diproyeksikan akan terus meningkat setiap tahunnya. Surabaya sebagai kota terbesar kedua setelah Jakarta saat ini telah mengalami permasalahan tersebut. Terlihat dengan semakin meningkatnya  jumlah lahan yang tersedia dialihfungsikan sebagai tempat perumahan bagi warga kota Surabaya. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya ini pada umumnya dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya adalah urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota), fertilisasi (kelahiran) semakin meningkat dan mortalitas (kematian) yang cenderung menurun.

Dari ketiga faktor di atas, perpindahan penduduk merupakan faktor yang memberikan andil besar dalam peningkatan jumlah penduduk di Surabaya. Hal tersebut dikarenakan Surabaya menjadi kiblat utama Jawa Timur yang dijadikan pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, perindustrian dan kegiatan lainnya yang menunjang perkembangan sebuah kota. Dengan berbagai hal tersebut, secara tidak langsung akan memberikan efek pada ketertarikan warga luar Kota Surabaya untuk datang menjadi pekerja di Surabaya, secara umumnya.

Perpindahan penduduk dari luar kota Surabaya dimaksudkan sebagai pendatang baru yang bertujuan untuk mencari kerja dan menetap di Surabaya. Hal ini secara signifikan mempengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk kota tiap tahunnya semakin meningkat. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah presentase pertumbuhan penduduk rata-rata adala 1,2%. Hal inilah yang sering disebut sebagai fenomena kependudukan urbanisasi.

Faktor kedua yang menjadi permasalahan adalah tingkat kelahiran yang tinggi diakibatkan kurang terkedalinya program KB (Keluarga Berencana) sehingga penduduk perkotaan terutama di Surabaya semakin mengalami peningkatan. Bisa dilihat pada tahun 2008 jumlah penduduk di Surabaya sebanyak 2.866.841 orang. (sumber : Resume Profil Kesehatan Kota Surabaya tahun 2008)

Dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebanyak 1,2% akan berpengaruh terhadap keperluan perumahan yang sangat besar. kebutuhan jumlah rumah yang besar tentu akan berimplikasi pada penggunaan lahan kosong yang seharunya dimanfaatkan sebagai paru-paru kota seperti RTH (Ruang Terbuka Hijau). Di sisi lain, ketersediaan lahan di Kota Surabaya cenderung tetap dan terbatas, sehingga alternatif yang dijadikan dalam pengadaan perumahan baru adalah mengkonversi lahan baru pada daerah pinggiran kota. Konversi lahan tersebut dikenal dengan istilah urban sprawl. Urban sprawl mendorong konversi lahan pinggiran perkotaan menjadi peruntukan lahan dengan fungsi perkotaan.  (Northam dalam Firman, 1997)

Oleh karen itu, dengan melihat fenomena permasalahan penduduk yang berdampak pada konversi lahan kosong (RTH) yang seharusnya dijadikan paru-paru kota, perlu pengendalian penduduk dengan penyebaran penduduk secara merata. Selain itu penyebaran penduduk dan aktifitasnya disesuaikan dengan daya tampung dan daya dukung ruang pada setiap bagian wilayah kota yang ada di Surabaya ini. Dengan pengendalian konversi lahan RTH sebagai identitas kota Surabaya, maka Surabaya berwarna bunga kedepannya akan dapat terealisasi.

M. Erwin Hidayat, mahasiswa jurusan Teknik Planologi ITS
castilo 16.51

Tidak ada komentar:

Posting Komentar