Rabu, 18 April 2012

Gadai Sholat Vs Matahari yang Tiap Hari Dilihat!!

Bismillah!! Kembali ingin menggaruk-garuk ni laptop hanya untuk sedikit berbagi saja.
Sudah beberapa minggu ini tidak sempat menulis dan Alhamdulillah sekarang bisa terpenuhi lagi, semoga bisa istiqomah lah. Amin allahumma amin

Gadai Sholat Vs Matahari yang Tiap Hari dilihat? Hmmm. Iya, terpikir sejenak dan mengingat 2 minggu lalu ketika akhirnya niat tersampaikan untuk pergi ke salah satu bukti keMahaBesaran-Nya, “The Exotic Mount, Bromo”  dan judul inilah yang menjadi tema yang ingin saya bahas kali dini. Semoga bermanfaat bagi yang ingin membaca.

Mimpi ini akhirnya tersampaikan untuk mengunjungi Bromo yang sudah satu hingga dua tahun lalu hanya sebagai keinginan semata, namun Alhamdulillah bisa terealisasi bulan ini. Tahun lalu dikarenakan Bromo yang tidak mengizinkan karena ia terbangun dari tidurnya dan mengeluarkan uapan panas, biasa disebut meletus ya. Ya, lagi-lagi hanya bisa mengucapkan syukur karena sudah menapakkan kaki di sana.
Berawal dari keinginan saya mengajak beberapa teman tim di lembaga untuk rihlah (olahraga) dan sekalian tadabbur alam (mencoba memahami alam ini) sekaligus untuk mengisi liburan panjang (versi mahasiswa, padahal cuma 3 hari saja). Pada awalnya teman-teman banyak yang setuju untuk ikut, namun di tengah menanti datangnya hari H, satu persatu berguguran di medan peperangan menuju hari H. 1, 2, 3, dan seterusnya mengatakan “afwan akh” ternyata ga jadi ikut, karena ini dan itu. Singkat cerita, hanya satu orang yang bisa dari yang saya ajak.

Niatan awal hanya ingin memperkuat tim di lembaga tersebut dan untuk semakin memantapkan persaudaraan kami, namun apa boleh buat, masing-masing orang mempunyai prioritas tersendiri, dan saya hanya bisa berbaik sangka saja. Singkat cerita, karena saya orang yang typenya bisa membuat plan b ketika plan a tidak maksimal, maka saya mengajak teman dalam tim lainnya. Daan, ending-endingnya hanya saya dan satu orang teman yang akhirnya berangkat!!

Bismillah, tepat jam 10 malam saya dan satu orang teman ini akhirnya berangkat untuk ke Malang (oya lupa, awalnya kan ke Bromo, tapi karena berdua akhirnya memutuskan untuk main ke Malang saja). Dengan persiapan yang hanya ala kadarnya, kami berangkat ke Malang. Namun, di tengah perjalanan, sang teman sentak berkata, Bro, sebenarnya enaknya ini pergi ke Bromo, piye? (dengan khas Surabayanya). Saya pun berpikir sejenak, dan mengatakan bahwa saya pun sangat mengidamkan tu Bromo, membuat saya penasaran terus menerus. Akhirnya saya yang memegang kendali menyimpulkan untuk belok arah ke Bromo.

Kok menyimpang nih pembahasannya dari judulnya? Sssttt.. bener juga J. Okelah, pada tulisan berikutnya insyaallah dibahas perjalanan kami menuju Bromo.

Singkat cerita,sampailah dipuncak kesuksesan Bromo setelah memakan waktu sekitar 4 jam lebih, tapi belum sampai Bromonya, hanya mencapai Penanjakan dimana tempat ini menjadi salah satu tempat untuk menyaksikan betapa indah dan eksotiknya Bromo. Selain itu, disediakan tempat khusus untuk memanjakan diri yaitu untuk melihat secara langsung matahari terbit.

Ya, selain pemandangan Bromo yang berada lebih rendah dengan Penanjakan, para wisatawan bisa memanjakan diri dengan melihat kemunculan sang “Raja Siang” yang keluar dari peraduaannya. Namun, ada sedikit yang membuat saya dan seorang teman ini bertanya-tanya? Wisatawan yang berkunjung di sana begitu banyak, bisa dibilang hampir ribuan. Mulai dari wisatawan lokal dan wisatawan asing.

Karena space lokasi penanjakan yang hanya berkapasitas ratusan orang, tidak semua wisatawan bisa menyaksikan matahari terbit tersebut secara jelas. Wisatawan berkumpul mulai jam 4an lebih, bahkan ada juga yang mendirikan tenda (nginap.red).  Itu semua dilakukan hanya untuk melihat matahari terbit tersebut. Tidak salah memang jika niatan kita untuk mensyukuri betapa maha agungnya Allah yang mengedarkan matahari dari upuk timur dan menenggelamkannya di upuk barat. Namun, yang menjadi salah adalah ketika harus bela-belain diri untuk melihat matahari terbit tersebut dan melupakan sholat.

Kenapa saya berkesimpulan begitu? Iya, karena ketika itu saya melihat yang menjadi wisatawan adalah sebagian besar adalah muslim dan anehnya, ketika waktu subuh datang hanya hitungan jari yang melakukan sholat. Ribuan orang lainnya?? Ya, inilah satu sisi yang perlu ditanyakan. Apakah iya, hanya untuk melihat matahari terbit harus digadaikan dengan kewajiban kita kepada sang Khalik. Apakah iya, kita harus lebih membela untuk bergadang semalaman untuk melihat matahari yang setiap harinya bersinar? Apa iya?

Namun, saya tidak boleh merasa egois, bahwasanya saya harus pandai bersyukur, Allah selalu memberikan naungan iman dan kasih sayangnya sehingga masih bisa tersadar dan menyadari bahwa semua ini hany milik dan ciptaanNya. Mungkin, orang-orang yang saya sebut di atas hanyalah mereka yang sangat butuh kasih sayang Allah, yang masih belum mendapat siraman kalbu, dan mendapat pertolongan Allah pastinya. Namun, tugas kita hanyalah untuk memberikan contoh kepada mereka dan suatu harapan besar ketika mereka meniru apa yang kita lakukan. Amin

Hanya sekedar mengingatkan, kepada pembaca yang luar biasa sekali, bahwasanya kenikmatan yang diberikan Allah haruslah pandai-pandai kita syukuri. Karen manusia terbaik adalah mereka yang pandai bersyukur sehingga Allah akan semakin menambah kenikmatan lainnya tanpa bisa kita duga-duga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar