Bismillah!! Kembali ingin
menggaruk-garuk ni laptop hanya untuk sedikit berbagi saja.
Sudah beberapa minggu ini tidak sempat menulis dan Alhamdulillah sekarang bisa terpenuhi lagi, semoga bisa istiqomah lah. Amin allahumma amin
Sudah beberapa minggu ini tidak sempat menulis dan Alhamdulillah sekarang bisa terpenuhi lagi, semoga bisa istiqomah lah. Amin allahumma amin
Gadai Sholat Vs Matahari yang Tiap
Hari dilihat? Hmmm. Iya, terpikir sejenak dan mengingat 2 minggu lalu ketika
akhirnya niat tersampaikan untuk pergi ke salah satu bukti keMahaBesaran-Nya, “The
Exotic Mount, Bromo” dan judul
inilah yang menjadi tema yang ingin saya bahas kali dini. Semoga bermanfaat
bagi yang ingin membaca.
Mimpi ini akhirnya tersampaikan untuk
mengunjungi Bromo yang sudah satu hingga dua tahun lalu hanya sebagai keinginan
semata, namun Alhamdulillah bisa terealisasi bulan ini. Tahun lalu dikarenakan
Bromo yang tidak mengizinkan karena ia terbangun dari tidurnya dan mengeluarkan
uapan panas, biasa disebut meletus ya. Ya, lagi-lagi hanya bisa mengucapkan
syukur karena sudah menapakkan kaki di sana.
Berawal dari keinginan saya mengajak
beberapa teman tim di lembaga untuk rihlah (olahraga) dan sekalian tadabbur
alam (mencoba memahami alam ini) sekaligus untuk mengisi liburan panjang (versi
mahasiswa, padahal cuma 3 hari saja). Pada awalnya teman-teman banyak yang
setuju untuk ikut, namun di tengah menanti datangnya hari H, satu persatu
berguguran di medan peperangan menuju hari H. 1, 2, 3, dan seterusnya
mengatakan “afwan akh” ternyata ga jadi ikut, karena ini dan itu. Singkat cerita,
hanya satu orang yang bisa dari yang saya ajak.
Niatan awal hanya ingin memperkuat
tim di lembaga tersebut dan untuk semakin memantapkan persaudaraan kami, namun apa
boleh buat, masing-masing orang mempunyai prioritas tersendiri, dan saya hanya
bisa berbaik sangka saja. Singkat cerita, karena saya orang yang typenya bisa
membuat plan b ketika plan a tidak maksimal, maka saya mengajak teman dalam tim
lainnya. Daan, ending-endingnya hanya saya dan satu orang teman yang akhirnya
berangkat!!
Bismillah, tepat jam 10 malam saya
dan satu orang teman ini akhirnya berangkat untuk ke Malang (oya lupa, awalnya
kan ke Bromo, tapi karena berdua akhirnya memutuskan untuk main ke Malang saja).
Dengan persiapan yang hanya ala kadarnya, kami berangkat ke Malang. Namun, di
tengah perjalanan, sang teman sentak berkata, Bro, sebenarnya enaknya ini pergi
ke Bromo, piye? (dengan khas Surabayanya). Saya pun berpikir sejenak, dan
mengatakan bahwa saya pun sangat mengidamkan tu Bromo, membuat saya penasaran
terus menerus. Akhirnya saya yang memegang kendali menyimpulkan untuk belok
arah ke Bromo.
Kok menyimpang nih pembahasannya
dari judulnya? Sssttt.. bener juga J. Okelah, pada tulisan berikutnya insyaallah dibahas perjalanan
kami menuju Bromo.
Singkat cerita,sampailah dipuncak
kesuksesan Bromo setelah memakan waktu sekitar 4 jam lebih, tapi belum sampai
Bromonya, hanya mencapai Penanjakan dimana tempat ini menjadi salah satu tempat
untuk menyaksikan betapa indah dan eksotiknya Bromo. Selain itu, disediakan
tempat khusus untuk memanjakan diri yaitu untuk melihat secara langsung
matahari terbit.
Ya, selain pemandangan Bromo yang
berada lebih rendah dengan Penanjakan, para wisatawan bisa memanjakan diri
dengan melihat kemunculan sang “Raja Siang” yang keluar dari peraduaannya. Namun,
ada sedikit yang membuat saya dan seorang teman ini bertanya-tanya? Wisatawan yang
berkunjung di sana begitu banyak, bisa dibilang hampir ribuan. Mulai dari
wisatawan lokal dan wisatawan asing.
Karena space lokasi
penanjakan yang hanya berkapasitas ratusan orang, tidak semua wisatawan bisa
menyaksikan matahari terbit tersebut secara jelas. Wisatawan berkumpul mulai
jam 4an lebih, bahkan ada juga yang mendirikan tenda (nginap.red). Itu semua dilakukan hanya untuk melihat
matahari terbit tersebut. Tidak salah memang jika niatan kita untuk mensyukuri
betapa maha agungnya Allah yang mengedarkan matahari dari upuk timur dan menenggelamkannya
di upuk barat. Namun, yang menjadi salah adalah ketika harus bela-belain diri
untuk melihat matahari terbit tersebut dan melupakan sholat.
Kenapa saya berkesimpulan begitu? Iya,
karena ketika itu saya melihat yang menjadi wisatawan adalah sebagian besar
adalah muslim dan anehnya, ketika waktu subuh datang hanya hitungan jari yang
melakukan sholat. Ribuan orang lainnya?? Ya, inilah satu sisi yang perlu
ditanyakan. Apakah iya, hanya untuk melihat matahari terbit harus digadaikan
dengan kewajiban kita kepada sang Khalik. Apakah iya, kita harus lebih membela
untuk bergadang semalaman untuk melihat matahari yang setiap harinya bersinar? Apa
iya?
Namun, saya tidak boleh merasa
egois, bahwasanya saya harus pandai bersyukur, Allah selalu memberikan naungan
iman dan kasih sayangnya sehingga masih bisa tersadar dan menyadari bahwa semua
ini hany milik dan ciptaanNya. Mungkin, orang-orang yang saya sebut di atas
hanyalah mereka yang sangat butuh kasih sayang Allah, yang masih belum mendapat
siraman kalbu, dan mendapat pertolongan Allah pastinya. Namun, tugas kita
hanyalah untuk memberikan contoh kepada mereka dan suatu harapan besar ketika
mereka meniru apa yang kita lakukan. Amin
Hanya sekedar mengingatkan, kepada
pembaca yang luar biasa sekali, bahwasanya kenikmatan yang diberikan Allah
haruslah pandai-pandai kita syukuri. Karen manusia terbaik adalah mereka yang
pandai bersyukur sehingga Allah akan semakin menambah kenikmatan lainnya tanpa
bisa kita duga-duga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar