Jumat, 11 November 2011

Sarasehan Part II



Bismillah, Alhamdulillah akhirnya dapat menengok beberapa minggu kebelakang tentang apa yang menjadi PR saya. Ternyata, sarnas part II belum rampung…
Insyaallah ini menjadi bagian kedua tentang perjalanan sarnas kemarin di UGM saudara-saudara, semoga bisa kita ambil ibrahnya.

Ini merupakan kali ke-empat saya mengikuti acara forum seperti ini dan kembali bertemu dengan sahabat-sahabat lama dari berbagai daerah. Tentu rasa syukur yang tiada hentinya terucap di hati dan tidak terungkap nyata di bibir ini. Ada suatu hal yang berbeda ketika kita bertemu dengan saudara-saudara seperjuangan dalam jalan ini, iya mulai dari ujung Aceh sana sampai ujung Papua sana turut hadir di acara tersebut.


Hingga pada satu waktu, ketika berjalan menuju tempat syuro (rapat) rapimnas komisi A di musholla salah satu fakultas yang ada di sana, say menghampiri sosok pemuda yang begitu semangatnya hingga sedikit heran, wah semangat sekali ni saudara saya. Saya pun menegurnya, “(sambil mengeluarkan senyum terbaik) saya menyapa beliau, akh’, dengan siapa? Dan dari mana?” “(saya lupa namanya, khoirul kalo ga salah, tapi wajah insyaallah sangat ingat), dari Maluku akh.” Saya pun tersentak terpancing untuk ngobrol banyak dengan beliau. “Antum Maluku mana akh? Ambon kah?”. Iya akh, jawabnya singkat. Oke, dalam perjalanan saya pun terus melangkahkan kaki dengannya, karena kebetulan beliau juga utusan dari daerah Maluku untuk syuro Rapimnas Komisi A.

Saya pun menanyakan saudara-saudara semuslim kita di Ambon sana yang sampai saat ini masih mengalami kesulitan dan ketidaktentraman hidup dengan banyaknya aksi terror dari kalangan orang-orang yang tidak mau memunculkan dirinya secara terang-terangan. Begitu tersentuh, ketika beliau menceritakan kondisi di sana yang masih belum aman total. Seperti di IAIN, salah satu kampus yang mayoritas mahasiswanya adalah muslim, dan kebetulan yang menjadi presbem di sana adalah anak LDK. Pres BEMnya beberapa hari sebelum sarnas dituntut untuk mengundurkan diri karena dipropokasi oleh orang tertentu kalo kinerja BEM tidak maksimal, tidak inilah, tidak itulah dan blab la bla. Dan ternyata yang mempropokasikan tersebut adalah saudara kita di tetangga sebelah (nasrani.red). gimana tidak? Kondisi muslim di Ambon sangat-sangat minoritas, sehingga kaum nasrani di sana dengan seenaknya membuat ulah dengan berkedok kaum muslim yang mendahului masalah.

Teringat juga ketika pulang FSNAS XV dari universitas Pattimura, Ambon tahun 2010 dulu. Tepatnya di atas kapal laut yang rombongan Surabaya, Balnusra, dan Medan naiki untuk pulang. Melihat salah satu kejadian beberapa minggu sebelum terselenggaranya FSNAS, yaitu terjadinya perkelahian antara saudara seperjuangan kita di sana dengan mahasiswa nasrani. Sehingga terlihat beberapa orang dari saudara kita terluka hingga mengalami jahitan berpuluh-puluh banyaknya di bagian kepala. Naudzubillah. Kaca-kaca jendela ruang kelas dan sekretariat LDK pun menjadi sasaran mereka, sehingga terpecah menjadi kepingan yang berbahaya.
Tentu sangat mengagetkan sekali, karena ketika berada di sana, tidak adapun sedikit gangguan yang menjadi ancaman para peserta. Bahkan terlihat damai saja antara kaum muslimin dan nasrani di sana. Menjadi kaget ketika melihat video itu saja. Dan bertanya dalam diri saya pribadi, kenapa mereka tidak berani menyerang kita ya?hmmm..

Itulah sedikit cerita singkat yang teringat ketika berjalan dengan sahabat dari Ambon tersebut. Ini memang menjadi satu cerita yang sangat saya ingat ketika berada selama 2 hari di Jogja. Mungkin agak berbeda dengan teman-teman yang lain yang menghadiri seminar dan konser nasyid yang sangat waaah gimana gitu, yang menjadi daya tarik para peserta untuk berdatangan ke Sarasehan Nasional tersebut. Namun bagi saya, tidak sedikitpun acara itu dapat saya hadiri, karena amanah yang harus dilaksanakan untuk merumuskan gerak dakwah ini kedepannya bersama orang-orang yang luar biasa juga. Alhamdulillah. Tapi itu tidak membuat saya menyesal untuk datang ke sarasehan. Karena masih banyak yang bisa diambil pelajarannya dibanding hanya ikut seminar dan kegiatan lainnya.

Oke,dari sedikit cerita di atas, tentu bisa kita ambil ibrahnya (manfaatnya) sahabat. Ternyata, medan dakwah kita di sini tidaklah begitu terjal dan berduri yang membutuhkan perjuangan yang sangat ekstra, tidak hanya tenaga, kebutuhan akan merelakan nyawa menjadi taruhannya. Tidak cukup hanya dengan adanya agenda-agenda ataupun proker-proker yang menjadi tolak ukur keberhasilan dakwah kita. Tapi jauh di seberang sana, sangat 1800 berbeda dengan kita di sini. Kita bagaikan perenang yang berenang untuk mencapai suatu tujuan tertentu, namun kita hanya berenang di air yang hanya menggenang dan tanpa adanya arus ataupun tantangan yang begitu kuat melawan kita. Tapi, lihatlah saudara kita di sana, perjuangan mereka patut kita dukung dan apresiasi dan seharusnya kita iri kepada mereka. Mereka tidak berpedoman dan berlandaskan pada keberhasilan prodak/agenda dakwah mereka untuk menyatakan bahwa dakwah mereka berhasil. Tapi jauh dari itu. Mereka mempertaruhkan nyawa mereka untuk bisa mensyiarkan agama Allah ini. Penuh cerita duka dan pahit yang mereka alami. Merelakan kuliah mereka terganjal hanya karena mereka aktif di Lembaga Dakwah, sehingga terdisposisi oleh para dosen-dosen yang anti kepada mereka. Tidak sedikit dari mereka yang lulus kuliah hingga 7-8 tahun.

Mereka berenang melawan arus untuk mencapai tempat tersebut, tentu arus yang sangat berpotensi untuk mengembalikan ke tempat asal atau bahkan tidak kuat untuk melawan arus tersebut sehingga mereka menyatakan dirinya kalah. Tapi tidak dengan mereka, mereka terus melawan arus tersebut. Karena yang ada di hati mereka adalah Lillah (untuk Allah).
Itulah sedikit cerita yang bisa saya ceritakan di kesempatan ini, insyaallah masih ada lagi. Yaitu poin penting yang didapat pada rapimnas 2 tersebut. Semoga bisa diambil ibrahnya. Amin

EA @ 21.15WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar