Minggu, 06 November 2011

Apa yang pernah kita kurbankan kepada Allah?



Gemuruh takbir terus bertebaran dan menghidupkan hari-hari menjelang datangnya tanggal 10 dzulhijjah 1432 kali ini. Ada apa dengan tanggal itu? Ya, tentu kita sudah tau semua bahwa 10 dzulhijjah merupakan hari raya umat muslim di seluruh penjuru dunia ini. Hari raya dimana penuh sejarah yang begitu berkesan dan penuh dengan pengorbanan para nabi dan rasul puluhan abad yang lalu. Yaitu mulai dari tertelannya nabi Yusuf di perut ikan hingga peristiwa yang tidak mungkin umat muslim lupakan tentang penyembelihan putra kesayangan nabi Ibrahim, Ismail a.s.

Hari raya ini biasanya membawa kesan tersendiri, yaitu ketika semua umat ini dapat saling berbagi antara yang miskin dan si kaya, tidak ada gap yang membatasi. Si kaya yang mempunyai keharusan untuk berbagi dan si miskin yang wajib mendapat bagian dari apa yang telah si kaya berikan. Semua lapisan masyarakat merasakan keberkahannya, begitulah indahnya pengaplikasian betapa indahnya berbagi. Itulah esensi dari hari raya idul adha, hari raya kurban.

Pada tulisan ini, akan sedikit membahas tentang apa yang bisa kita kurbankan kepada Allah? Terutama bagi yang belum mampu untuk berkurban (dalam arti mengurbankan hewan kurban). Iya, ini yang menjadi tanda tanya besar bagi diri saya saat ini, yang masih duduk di kursi kuliah. Namun, itu semua kini telah terjawab dengan sedikit pencerahan oleh Ust. Yusuf Mansyur, salah satu ustad yang namanya sudah tidak asing lagi di dunia para da’I dan publik, terlebih ustad ini terkenal dengan kajiannya tentang penting dan besarnya manfaat bersedekah.


Dalam sebuah acara di televisi yaitu dengan acara yang bertajuk wisata hati tersebut sang ustad sedikit berbagi ilmu yang dimiliki. Semoga tetap memberikan sedikit ilmu bagi kita yang masih haus akan ilmu, terutama ilmu agama.

Mulai sedikit pengantar tentang berkurban, ustad menjelaskan alur cerita bagaimana Allah swt memberikan suatu kenikmatan yang besar bagi setiap hambanya yang berkurban. Iya, kata kuncinya adalah berkurban dan bersedekah. Dimana setiap muslim yang beriman pasti akan mendapatkan apa yang menjadi impiannya. Entah itu ingin mempunyai rumah mewah, mobil mewah, anak soleh, dan yang lainnya. beriman kepada Allah merupakan awalannya. Tentu semua yang diminta kepada Allah tersebut membutuhkan kesabaran dan penuh usaha. Setelah apa yang didapatkan tersebut terkabulkan dan sudah dinikmati, maka Allah meminta apa yang telah diberikan tadi dengan cara-Nya sendiri, yaitu dengan cara paksa ataupun cara lainnya, sebagai bentuk pertanggungjawaban dan ujian atas apa yang telah dimiliki tersebut. Dengan adanya cobaan tersebut, disinilah titik kuncinya, apakah kita mampu menghadapi ujian dan cobaan tersebut dengan kesabaran dan ketekunan untuk tetap beribadah kepada-Nya atau tidak. Kita akan keluar sebagai juara ketika kita mampu sabar dalam menghadapinya. Ketika kita mampu sabar dalam menghadapi tantangan tersebut, insyaallah Allah sudah menyiapkan suatu yang tidak kita duga-duga kedatangannya. Tentunya, lebih baik dari apa yang kita miliki sebelumnya.

Seperti waktu Ibrahim dengan ikhlas dan rela menjalankan perintah Allah untuk mengorbankan putra kesayangannya tersebut. Tapi berkat kesabaran dan keikhlasan tersebut berbuah manis bagi Ibrahim, yaitu Ishak datang untuk menjadi penawar atas cobaan yang diterima dari Allah. Itulah sedikit cuplikan betapa besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh Ibrahim untuk mendapatkan kenikmatan yang tiada pernah terduga. Namun, bagaimana dengan kita? Pernahkah kita berkurban?

Menjadi suatu tanda tanya besar, ketika kita bertanya pada diri sendiri, apa yang sudah saya korbankan untuk Allah? Allah telah memberikan banyak kenikmatan yang mungkin kita sendiri tidak pernah memintanya, yaitu seperti mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk menghirup udara, tangan untuk memegang, kaki untuk berjalan serta kenikmatan yang lainnya. pernahkah kita bertanya diri sendiri tentang hal itu? Tapi pertanyaannya sekarang, apa kita rela mengembalikannya kepada Allah ketika Dia memintanya kembali? Ikhlaskah kita untuk mengembalikannya?

Itulah sebabnya kita dituntut untuk tidak sombong diri, karena semua itu hanya milik-Nya. Lantas apa yang bisa kita lakukan ketika Allah memintanya? Iya, bingung kan?

“Berkurban dan bersedekah.” Itulah kunci yang bisa meredam apa yang akan Allah minta kepada nikmat yang telah diberikan tersebut. Kita dituntut untuk mampu mengorbankan apa yang telah kita miliki tersebut, entah itu dengan memberikan manfaat kepada orang lain dengan nikmat tersebut ataupun memberikan sedekah atas apa yang menjadi kelebihan kita. Kita dituntut oleh Allah untuk mampu kreatif dalam berkurban, tidak semata-mata mengorbankan hewan pada hari raya kurban yang semata-mata dinamakan berkurban. Tapi masih banyak waktu dan kesempatan yang diberikan Allah kepada kita untuk berkurban.

Sekarang, tergantung kita, apakah kita masih menyombongkan diri? Padahal, apa yang kita miliki, tidak seutuhnya adalah milik kita. Allah yang mempunyai semua itu. Subhanallah, begitu besarnya nikmat Allah kepada kita. Oleh karena itu, selain berkurban kita juga harus pandai-pandai dalam mensyukuri nikmat tersebut.

Semoga kita termasuk orang yang pandai dalam bersyukur dengan senantiasa berkurban dan bersedekah. Amin amin ya rabbal alamin.

EA @ PWK 103 09.06 WIB,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar