Senin, 13 Februari 2012

Aku Sakit dan Aku Bangga..!! jilid 1


Dunia ini adalah tempat pusatnya ujian, banyak sekali ujian-ujian yang bisa dilihat dan dirasakan. Ujian sekolah, ujian masuk kuliah, ujian semester, ujian PNS, ujian untuk menjadi tentara, polisi dan sebagainya. Namun, yang paling terasa adalah ketika ujian itu pemberian dari Allah untuk kita yang berupa sakit. Betapa banyak ujian seperti di atas tadi namun banyak yang lulus dengan mudah tanpa rintangan. Sebaliknya, ujian dari Allah ternyata jauh lebih sulit untuk lulusnya. Banyak dari kita yang tidak lulus dari ujian tersebut (sakit.red). Saat ujian berlangsung, banyak dari kita tidak mendapatkan sesuati kecuali penderitaan demi penderitaan sehingga rapor merah pun telah menanti di akhirat.

Lain halnya dengan seorang mukmin sejati, ia telah menyiapkan segalanya dalam menjalani ujian sakit tersebut dan akhirnya banyak hal positif yang didapatkan. Demikian pula di akhirat kelak, kunci kemenangan pun telah diraih dengan mudah. Dengan cara apakah? Lanjutkan saja membaca, semoga memberikan manfaat. Insyaallah

Beginilah seorang mukmin ketika mendapatkan cobaan sakit, sehingga ia bangga dengan apa yang tengah dideritanya. Ia bersyukur dan tidak terlalu meratapi kesakitan yang sedang ia dapatkan. Perlu diketahui apa kira-kira kuncinya. Ini sedikit yang menjadi poin-poinnya :

1.      Tidak Mengeluh
Telah dijelaskan dalam hadist rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Dauda dari Ubay bin Ka’ab, bahwa “Sesungguhnya apa yang Allah takdirkan menimpa anda tidak akan meleset dari diri anda. Dan apa yang Allah takdirkan meleset dari anda, tidak akan menimpa anda.”
Hal tersebut mengidentifikasikan bahwa sesuatu yang telah ditakdirkan Allah kepada kita, maka itu adalah hal terbaik menurut Allah. Yakinlah bahwa apa saja yang menimpa diri kita baik yang menyenangkan, membahagiakan, ataupun sebaliknya sudah ditakdirkan oleh Allah SWT.

2.      Menyadari bahwa semua ketentuan Allah adalah baik, tidak ada yang jelek.
Kita ketahui bahwa Allah itu maha sempurna, baik dari hasil ciptaanNya maupun sifat yang dimilikiNya. Maka tidak ada kalimat yang patut diucapkan melainkan kalimat Subhanaallah. Ya, hanya dialah yang Maha Sempurna sehingga apa yang berasal dariNya itu sempurna, tidak ada yang cacat, buruk, tersimpan aib, dan kekurangan-kekurangan lainnya.
Masih ingatkah dengan kalimatullah yang terdapat pada surat Al-Baqarah yang menyatakan bahwa “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah SWT mengetahui sementara kalian tidak mengetahui.” Ia, tepat pada ayat ke 216 ini, Allah memberikan suatu pencerahan bagi kita, bahwa ilmu ataupun pengetahuan kita tidak menjamin apa yang kita anggap baik itu tentu baik pada kenyataannya, begitupun sebaliknya. Oleh karenanya, kita patut terus berhuznudzon kepada Allah, terutama ketika kita diberikan suatu cobaan yang berupa sakit. Hal ini bukanlah suatu kesimpulan bahwa Allah tidak senang terhadap kita, tapi ketahuilah bahwa dengan sakit yang diterima itu adalah salah satu bukti bahwa Allah menyayangi kita.

3.      Sakit adalah tanda seorang dicintai Allah
Siapa diantara kita yang tidak ingin disayang oleh siapapun? Orang tua, adik, kakak, kakek, nenek, sahabat, karib, guru, dosen, dan sebagainya. Terlebih kasih sayang dari Allah. Ya, pasti dan saya rasa kita semua ingin mendapatkan kasih sayang itu. Ada yang menyadari tidak bahwa ketika diberikan cobaan berupa sakit, kita dengan cepat menyimpulkan bahwa Allah tidak adil, kenapa sakit ini diberikan pada saya, padahal amal kebaikan saya sudah cukup menurut saya, ataupun mengatakan bahwa saya sudah menjalankan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi larangannya. Tentu itu suatu kesimpulan yang terlalu berlebihan.
Perlu kita ketahui bahwa Allah itu mempunyai berbagai macam cara untuk menyatakan kasih sayangnya pada hambanya. Misalnya saja dengan cara memberikan sakit/musibah tersebut. Sesuai dengan Hadist yang telah diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah yang menyatakan bahwa, “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan ada pada dirinya, Dia akan memberinya musibah.”
Selain itu juga rasul telah memberikan pesan kepada sahabatnya waktu itu, yang mengatakan bahwa “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hambaNya, niscaya Allah akan menyegerakan musibah baginya di dunia, dan jika Allah menghendaki keburukan bagi hambaNya niscaya Allah membiarkannya dengan dosanya sehingga Allah membalasnya pada hari kiamat.” (H.R At. Tirmidzi dari Anas bin Malik)

4.      Sakit adalah sarana seseorang mengetahui betapa bernilainya nikmat sehat
Tentu dari kita pernah merasakan suatu makanan yang rasanya enak, rekreasi yang menyenangkan, kelulusan yang membahagiakan, keberhasilan atas pencapaian tujuannya berhasil. Itu semua kita rasakan karena mungkin pernah memakan makanan yang kurang enak, rekreasi yang menjemukan, kegagalan atas ketidak lulusan, ketidakberhasilan dari pencapaian sebelumnya dan selanjutnya. Begitu juga dengan suatu nikmat kesehatan. Kesehatan akan sangat berarti bagi mereka yang merasakan sakit, ataupun kita yang pernah merasakan sakit. Ketahuilah bahwa sehat itu adalah mahkota di atas kepala orang yang sehat, dan tidak ada yang bisa melihatnya kecuali mereka yang terkapar sakit.

5.      Jika kita merasa sangat menderita dengan sakit yang kita alami, ketahuilah kita bukanah orang yang paling menderita. Banyak orang lain yang jauh lebih menderita dibanding kita.
Saya rasa sangat perlu kita tanamkan prinsip ini, untuk menjauhkan diri dari sifat yang berlebihan untuk menyatakan rasa sakit yang kita alami. Misalnya saja, ketika kita mengalami kecelakaan sehingga menghilangkan satu kaki, maka ketahuilah ada orang lain yang mengalami kecelakaan dan ia kehilangan sepasang kakinya.
Jika kehilangan sepasang kaki, ketahuilah bahwa ada orang lain yang kehilangan sepasang kaki dan ditambah satu tangannya. Jika kehilangan sepasang kaki dan satu tangan, maka ketahuilah ada orang yang kehilangan sepasang kaki dan tangannya. Jika kehilangan sepasang kaki dan tangan, maka ketahuilah ada orang yang selain kehilangan kedua kaki dan tangannya ia juga mengalami kerusakan organ vitalnya seperti kepala, ataupun alat indra lainnya.
Maka dengan menyadari hal tersebut, kita bisa bersyukur ketika kita ditimpa musibah, sakit misalnya. Allah telah bersabda yang berbunyi “Lihatlah orang yang lebih rendah dari kalian, janganlah melihat orang yang lebih tinggi dari kalian, dengan demikian kalian tidak memandang rendah nikmat Allah” (Q.S Muslim dari Abu Hurairah).
Selain itu juga, hadist ini memberikan satu pelajaran bahwa agar kita tidak terlalu merasa minder ataupun lemah semangat, sehingga kita tidak perlu takut dengan suatu keadaan yang di atas kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar