Dunia
ini adalah tempat pusatnya ujian, banyak sekali ujian-ujian yang bisa dilihat
dan dirasakan. Ujian sekolah, ujian masuk kuliah, ujian semester, ujian PNS,
ujian untuk menjadi tentara, polisi dan sebagainya. Namun, yang paling terasa
adalah ketika ujian itu pemberian dari Allah untuk kita yang berupa sakit.
Betapa banyak ujian seperti di atas tadi namun banyak yang lulus dengan mudah
tanpa rintangan. Sebaliknya, ujian dari Allah ternyata jauh lebih sulit untuk
lulusnya. Banyak dari kita yang tidak lulus dari ujian tersebut (sakit.red).
Saat ujian berlangsung, banyak dari kita tidak mendapatkan sesuati kecuali
penderitaan demi penderitaan sehingga rapor merah pun telah menanti di akhirat.
Lain
halnya dengan seorang mukmin sejati, ia telah menyiapkan segalanya dalam
menjalani ujian sakit tersebut dan akhirnya banyak hal positif yang didapatkan.
Demikian pula di akhirat kelak, kunci kemenangan pun telah diraih dengan mudah.
Dengan cara apakah? Lanjutkan saja membaca, semoga memberikan manfaat. Insyaallah
Beginilah
seorang mukmin ketika mendapatkan cobaan sakit, sehingga ia bangga dengan apa
yang tengah dideritanya. Ia bersyukur dan tidak terlalu meratapi kesakitan yang
sedang ia dapatkan. Perlu diketahui apa kira-kira kuncinya. Ini sedikit yang
menjadi poin-poinnya :
1.
Tidak
Mengeluh
Telah dijelaskan
dalam hadist rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Dauda dari Ubay bin Ka’ab,
bahwa “Sesungguhnya apa yang Allah takdirkan menimpa anda tidak akan meleset
dari diri anda. Dan apa yang Allah takdirkan meleset dari anda, tidak akan
menimpa anda.”
Hal tersebut
mengidentifikasikan bahwa sesuatu yang telah ditakdirkan Allah kepada kita,
maka itu adalah hal terbaik menurut Allah. Yakinlah bahwa apa saja yang menimpa
diri kita baik yang menyenangkan, membahagiakan, ataupun sebaliknya sudah
ditakdirkan oleh Allah SWT.
2.
Menyadari
bahwa semua ketentuan Allah adalah baik, tidak ada yang jelek.
Kita ketahui
bahwa Allah itu maha sempurna, baik dari hasil ciptaanNya maupun sifat yang
dimilikiNya. Maka tidak ada kalimat yang patut diucapkan melainkan kalimat Subhanaallah.
Ya, hanya dialah yang Maha Sempurna sehingga apa yang berasal dariNya itu
sempurna, tidak ada yang cacat, buruk, tersimpan aib, dan kekurangan-kekurangan
lainnya.
Masih ingatkah
dengan kalimatullah yang terdapat pada surat Al-Baqarah yang menyatakan bahwa “Boleh
jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi
kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah SWT mengetahui sementara
kalian tidak mengetahui.” Ia, tepat pada ayat ke 216 ini, Allah memberikan
suatu pencerahan bagi kita, bahwa ilmu ataupun pengetahuan kita tidak menjamin
apa yang kita anggap baik itu tentu baik pada kenyataannya, begitupun
sebaliknya. Oleh karenanya, kita patut terus berhuznudzon kepada Allah,
terutama ketika kita diberikan suatu cobaan yang berupa sakit. Hal ini bukanlah
suatu kesimpulan bahwa Allah tidak senang terhadap kita, tapi ketahuilah bahwa
dengan sakit yang diterima itu adalah salah satu bukti bahwa Allah menyayangi
kita.
3.
Sakit
adalah tanda seorang dicintai Allah
Siapa diantara
kita yang tidak ingin disayang oleh siapapun? Orang tua, adik, kakak, kakek,
nenek, sahabat, karib, guru, dosen, dan sebagainya. Terlebih kasih sayang dari
Allah. Ya, pasti dan saya rasa kita semua ingin mendapatkan kasih sayang itu. Ada
yang menyadari tidak bahwa ketika diberikan cobaan berupa sakit, kita dengan
cepat menyimpulkan bahwa Allah tidak adil, kenapa sakit ini diberikan pada
saya, padahal amal kebaikan saya sudah cukup menurut saya, ataupun mengatakan
bahwa saya sudah menjalankan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi
larangannya. Tentu itu suatu kesimpulan yang terlalu berlebihan.
Perlu kita
ketahui bahwa Allah itu mempunyai berbagai macam cara untuk menyatakan kasih
sayangnya pada hambanya. Misalnya saja dengan cara memberikan sakit/musibah
tersebut. Sesuai dengan Hadist yang telah diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu
Hurairah yang menyatakan bahwa, “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan
ada pada dirinya, Dia akan memberinya musibah.”
Selain itu juga
rasul telah memberikan pesan kepada sahabatnya waktu itu, yang mengatakan bahwa
“Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hambaNya, niscaya Allah akan
menyegerakan musibah baginya di dunia, dan jika Allah menghendaki keburukan
bagi hambaNya niscaya Allah membiarkannya dengan dosanya sehingga Allah
membalasnya pada hari kiamat.” (H.R At. Tirmidzi dari Anas bin Malik)
4.
Sakit
adalah sarana seseorang mengetahui betapa bernilainya nikmat sehat
Tentu dari kita
pernah merasakan suatu makanan yang rasanya enak, rekreasi yang menyenangkan,
kelulusan yang membahagiakan, keberhasilan atas pencapaian tujuannya berhasil. Itu
semua kita rasakan karena mungkin pernah memakan makanan yang kurang enak,
rekreasi yang menjemukan, kegagalan atas ketidak lulusan, ketidakberhasilan
dari pencapaian sebelumnya dan selanjutnya. Begitu juga dengan suatu nikmat
kesehatan. Kesehatan akan sangat berarti bagi mereka yang merasakan sakit,
ataupun kita yang pernah merasakan sakit. Ketahuilah bahwa sehat itu adalah
mahkota di atas kepala orang yang sehat, dan tidak ada yang bisa melihatnya
kecuali mereka yang terkapar sakit.
5.
Jika
kita merasa sangat menderita dengan sakit yang kita alami, ketahuilah kita
bukanah orang yang paling menderita. Banyak orang lain yang jauh lebih
menderita dibanding kita.
Saya rasa
sangat perlu kita tanamkan prinsip ini, untuk menjauhkan diri dari sifat yang
berlebihan untuk menyatakan rasa sakit yang kita alami. Misalnya saja, ketika
kita mengalami kecelakaan sehingga menghilangkan satu kaki, maka ketahuilah ada
orang lain yang mengalami kecelakaan dan ia kehilangan sepasang kakinya.
Jika kehilangan
sepasang kaki, ketahuilah bahwa ada orang lain yang kehilangan sepasang kaki
dan ditambah satu tangannya. Jika kehilangan sepasang kaki dan satu tangan,
maka ketahuilah ada orang yang kehilangan sepasang kaki dan tangannya. Jika kehilangan
sepasang kaki dan tangan, maka ketahuilah ada orang yang selain kehilangan
kedua kaki dan tangannya ia juga mengalami kerusakan organ vitalnya seperti
kepala, ataupun alat indra lainnya.
Maka dengan
menyadari hal tersebut, kita bisa bersyukur ketika kita ditimpa musibah, sakit
misalnya. Allah telah bersabda yang berbunyi “Lihatlah orang yang lebih
rendah dari kalian, janganlah melihat orang yang lebih tinggi dari kalian,
dengan demikian kalian tidak memandang rendah nikmat Allah” (Q.S Muslim
dari Abu Hurairah).
Selain itu
juga, hadist ini memberikan satu pelajaran bahwa agar kita tidak terlalu merasa
minder ataupun lemah semangat, sehingga kita tidak perlu takut dengan suatu
keadaan yang di atas kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar